1. Mengarahkan penonton untuk mencapai sebuah kesatuan ide, memahami pesan secara persuasif.
2. Mempersiapkan sebuah hasil teknis perekaman gambar dan suara yang baik untuk tahap penyelesaian film
Dalam pembuatan film dokumenter seorang sutradara dituntut untuk mampu menampilkan manusia sebagai subjek dan bukan objek, secara otomatis sang sutradara perlu melakukan observasi visual yang mendalam terhadap subjek.
Film dokumenter yang ideal akan menempatkan kamera sebagai kuas yang bisa dieksplorasi dalam berbagai dimensinya baik tebal-tipis-halus-kasar, sehingga gambar menyampaikan gagasan itu memiliki tujuan untuk menyentuh perasaan penonton dan untuk mendukung hal itu sutradara perlu membuat B-Roll, yaitu menempatkan kamera pada situasi diluar subjek yang mendukung gagasan subjek dan memperkuat gagasan berkait dengan apa yang diceritakannya, baik itu situasi-situasi disekitar subjek, foto-foto, dan gambar-gambar pendukung.
Seorang sutradara film dokumenter juga harus mampu mengoptimalkan penggunaan unsur suara,hal ini karena suara informasi audio yang membentuk visual menjadi utuh dapat mengarahkan gagasan, untuk itu perlu dihindari sumber suara ganda dalam proses perekaman yang melibatkan suara.
Beberapa prinsip-prinsip yang dimiliki seorang sutradara film dokumenter ---sebelum dan ketika melakukan wawancara terhadap subjek.
Sebelum melakukan wawancara seorang sutradara film dokumenter perlu menguasai tujuh pertanyaan inti :
1. Siapakah tokoh utamanya
2. Apa yang diinginkan /didambakan tokoh utama?
3. Siapa/apa yang menghalangi tokoh utama untuk mendapatkan yang diinginkan?
4. Bagaimana pada akhirnya tokoh utama berhasil mencapai apa yang dicita-citakan dengan cara yang luar biasa, menarik dan unik.
5. Apa yang ingin disampaikan dalam wawancara tersebut?
6. Bagaimana mengisahkan cerita si-tokoh tersebut?
7. Bagaimana tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung lainnya mengalami perubahan dalam cerita ini?
Sedangkan ketika melakukan wawancara yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Harus selalu kontak mata antara pewawancara dengan yang diwawancarai
2. Sipewawancara harus penuh ketekunan mendengarkan semua jawaban narasumber dengan sesekali memberikan respon visua
3. Jangan memberikan respon suara yang akan mengganggu konsentrasi narasumber dan masuk dalam rekaman sehingga nantinya menyulitkan penyuntingan
4. Bila ingin hasil yang natural, maka pertama-tama sipewawancara dahulu yang harus nampak natural ketika melemparkan pertanyaan, terutama jangan sekali-kali menggunakan bahasa formal sehingga nampak aneh dan membuat jarak dengan narasumber.
5. Coba bangun suasana layaknya dua orang sedang mengobrol santai, hal ini dilakukan sebelum rekaman dimulai serta yakinkan narasumber untuk jangan takut salah dan bisa diulang dengan mudah.
6. Pertanyaan yang diajukan harus jelas dan singkat, sehingga narasumber tidak salah menanggapi.
7. Jangan pernah membuat pertanyaan yang sifatnya mengkonfirmasi saja sehingga menghasilkan jawaban yang sangat pendek dan tidak memberikan informasi apa-apa.
8. Pertanyaan harus membuat narasumber bercerita, maka bunyi pertanyaannya contoh : Coba ceritakan.....?, Bagaimana.....?, Mengapa......? dsb.
9. Untuk menjamin wawancara dengan narasumber terekam dengan baik, pastikan suaranya juga terdengar jelas di kamera, agar suara terdengar jelas secara otomatis maka letak kamera tidak boleh jauh dari narasumber atau bisa juga menggunakan eksternal microphone, atau clip on tersembunyi.
10. Perhatikan sebelum proses perekaman untuk letak kamera, pengambilan gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar